Inspirasi dari Achmad Irfandi Penggagas Kampung Lali Gadget
Gadget semakin
pintar, tapi hal ini tidak serta-merta menjadikan penggunanya pintar. Jika mau
jujur, berapa banyak orang tua yang memberikan akses gadget terlalu dini pada
anak-anak. Alasannya beragam, namun rata-rata karena ingin anaknya anteng.
Data yang
dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 mengungkap fakta mengejutkan.
Ternyata, jumlah anak usia dini di Indonesia yang menggunakan gadget mencapai 33,44%. Anak-anak mulai
diberikan gadget mulai usia 0-4 tahun
(25,5%) dan usia 5-6 tahun (52,76%).
Padahal,
terdapat batasan screentime atau
durasi terpapar layar elektronik bagi anak-anak yang direkomendasikan WHO.
Anak-anak usia di bawah 2 tahun sebaiknya tidak menggunakan gadget terlebih dahulu. Sedangkan
batasan screentime menurut WHO untuk
anak-anak usia 2-6 tahun maksimal hanya 1 jam per hari dan untuk anak 6-12
tahun yaitu 2 jam per hari.
"Gimana ya, Bun. Kalau enggak dikasih gadget
nanti anak saya nangis. Saya jadi enggak bisa beresin pekerjaan rumah,"
curhat salah seorang ibu di grup Facebook. Alasan tersebut diaminkan ratusan
komentar yang juga mengaku melakukan hal yang sama.
Demi anak
anteng, memberikan gadget adalah
jalan ninja yang "terpaksa" dilakukan. Tentu hal ini sangat disayangkan
mengingat ada banyak dampak negatif dari memberikan gadget terlalu dini pada
anak-anak. Benarkan hanya gadget yang
bisa membuat anak senang? Nanti kita bahas, ya!
Dampak Negatif Gadget bagi Anak-Anak
Bermain gadget memang menyenangkan. Bukan hanya
bagi orang dewasa, pun demikian bagi anak-anak. Anak-anak bisa menonton dan
mendengarkan lagu-lagu kesukaannya, melihat mainan, dan tayangan animasi
favorit.
Namun, memberikan anak gadget secara berlebihan sangat tidak disarankan. Melansir laman resmi Kementerian Kesehatan RI, berikut dampak negatif gadget bagi anak:
Kurang Tidur
Ketika anak-anak
terlalu sering menggunakan gadget,
mereka cenderung mengorbankan waktu tidur. Penggunaan yang berlebihan, terutama
pada malam hari, dapat membuat anak-anak tetap terjaga hingga larut malam. Ini
bisa disebabkan oleh aktivitas seperti bermain game online dengan teman-teman mereka atau menonton video di platform streaming.
Akibatnya, ritme sirkadian atau jam biologis tidur dan bangun terganggu. Hal ini menyebabkan masalah seperti kesulitan berkonsentrasi, kelelahan, dan kinerja akademik yang buruk. Selain itu, tidur yang tidak cukup juga dapat mengganggu pertumbuhan fisik dan perkembangan otak.
Gangguan pada Mata
Paparan
terus-menerus pada layar gadget,
terutama dalam kondisi pencahayaan yang buruk, dapat menyebabkan berbagai
masalah mata. Mata anak-anak mungkin mengalami ketegangan karena terus-menerus
fokus pada layar yang kecil.
Ini bisa menyebabkan gejala seperti mata kering, mata merah, dan sakit kepala. Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan gadget yang berlebihan pada anak-anak dapat meningkatkan risiko miopia atau mata rabun jauh.
Obesitas
Anak-anak yang terlalu lama duduk di depan layar gadget cenderung kurang aktif secara fisik. Aktivitas fisik yang kurang ini dapat berkontribusi pada masalah obesitas pada anak-anak. Ketika mereka lebih memilih untuk bermain game atau menonton televisi daripada bermain di luar rumah atau berolahraga, mereka tidak membakar kalori yang cukup dan risiko penumpukan lemak di tubuh meningkat. Obesitas pada anak-anak dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.
Gangguan Kinerja Otak
Terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk gadget dapat mengganggu perkembangan kognitif anak-anak. Bahkan jika mereka menggunakan gadget untuk kegiatan pendidikan, jika digunakan secara berlebihan, hal itu dapat mengganggu kemampuan mereka untuk berkonsentrasi, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah. Ini bisa mempengaruhi kemampuan mereka untuk memahami dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah, serta kemampuan mereka untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang penting.
Gangguan Kesehatan Mental
Penggunaan
gadget yang berlebihan juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental
anak-anak. Mereka mungkin terlalu terpencil secara sosial karena lebih tertarik
pada interaksi online daripada menghabiskan waktu bersama teman-teman atau
anggota keluarga dalam kehidupan nyata. Konten online yang tidak selalu sesuai
untuk usia anak-anak juga dapat menimbulkan stres dan kecemasan. Selain itu,
tekanan sosial yang muncul di media sosial, seperti perbandingan dengan orang
lain atau perundungan online, dapat
memiliki dampak serius pada kesehatan mental anak-anak dan remaja.
Penting bagi kita untuk mengambil langkah-langkah proaktif untuk membatasi waktu yang dihabiskan anak-anak di depan gadget, memastikan bahwa mereka mendapatkan tidur yang cukup, mendorong aktivitas fisik yang sehat, dan mengawasi konten yang mereka akses. Pendidikan tentang penggunaan yang bertanggung jawab terhadap teknologi juga penting agar anak-anak dapat mengembangkan keterampilan digital yang sehat dan berimbang.
Kenalan dengan Kampung Lali Gadget
Siapa bilang
memberikan gadget adalah satu-satunya
cara untuk menyenangkan anak-anak dan membuatnya anteng? Coba kita tengok
anak-anak yang tumbuh di era sebelum ada gadget.
Mereka bisa bahagia mengisi masa kecil dengan bermain permainan
tradisional.
Nah, kalau mau
menengok era 1980 atau 1990-an telalu jauh, kita bisa menengok Kampung Lali
Gadget (KLG) di Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur. Di kampung ini anak-anak dan orang tua bisa melakukan
kegiatan seru dan melupakan sejenak gadget
mereka.
Sebenarnya
permainan tradisional itu sangat menarik, disukai anak-anak, serta bisa membuat
lali atau lupa untuk bermain gadget. Hanya saja, di era modern ini permainan
tradisional hampir punah dan tidak ada yang mengenalkannya pada anak-anak.
Adalah Achmad
Irfandi, pemuda yang menggerakkan Kampung Lali Gadget sejak 1 April 2018.
Berawal dari keprihatinan terhadap masifnya penggunaan gadget, Irfandi menggagas program konservasi budaya untuk
mengangkat permainan tradisional.
Permainan-permainan
tradisional yang ada di Kampung Lali Gadget merupakan hasil riset yang
dilakukan tim KLG berdasarkan cerita-cerita orang tua maupun riset secara online. Saat ini, setidaknya ada 25
topik permainan yang dikembangkan dan setiap topik terdiri darii tiga sampai
empat jenis permainan tradisional.
Setiap pekan
akan dihadirkan tema permainan yang berbeda-beda di Kampung Lali Gadget. Misalnya
pekan pertama tema buah-buahan, pekan kedua tema batu-batuan, dan seterusnya. Tidak
heran jika setiap harinya puluhan orang tua dan anak-anak mengunjungi Kampug
Lali Gadget untuk bermain permainan tradisional. Karena memang seseru itu!
Achmad Irfandi
sendiri tidak menyangka kalau gagasan Kampung Lali Gadget ini mendapatkan
respon yang luar biasa dari masyarakat di tengah gempuran teknoogi digital ini.
Banyak testimoni positif dari orang-orang yang telah berkunjung dan ikut
bermain di Kampung Lali Gadget. Anak-anak menjadi mengalami perbaikan perilaku
dan tidak terlalu bergantung pada gadget lagi.
Tentu Achmad
Irfandi tidak bisa bergerak sendirian. Beliau merangkul kawan-kawan pemuda di
Desa Pagerngumbuk dan pemuda di Sidoarjo untuk bersama-sama mengembangkan
Kampung Lali Gadget. Para pemuda ini diberdayakan untuk merencanakan,
mendampingi, dan menjadi fasilitator edukasi di Kampung Lali Gadget.
Kehadiran KLG
bukan berarti menampik penggunaan gadget.
Tidak dapat dipungkiri bahwa gadget juga
memiliki manfaat yang besar bagi kehidpan manusia. Akan tetapi, seyogianya kita
bisa menggunakan gadget secara bijak
dan proporsional dengan tetap mengisi waktu dengan kegiatan bermanfaat lainnya.
Selain memainkan
permainan tradisional, terdapat beberapa aktivitas seru lainnya yang digagas
Kampung Lali Gadget. Beberapa programnya antara lain edukasi budaya, kearifan
lokal, olahraga, serta edukasi satwa. Atas dedikasi dan kepeduliannya tersebut, Achmad Irfandi menerima Apresiasi 12th Semangat Astra Terpadu atau SATU
Indonesia Awards tahun 2021 Bidang Pendidikan.
SATU Indonesia
Awards merupakan langkah nyata Grup Astra untuk berperan aktif dan
berkontribusi meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta,
dan karya terpadu dalam produk dan layanan yang unggul serta kontribusi sosial
berkelanjutan. SATU Indonesia dicanangkan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda
28 Oktober. Pada 2023 ini, perhelatan SATU Indonesia menginjak tahun ke-14.
Kisah Achmad Irfandi dan Kampung Lali Gadget dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk bergerak menuju Indonesia yang lebih baik. Apapun kemampuan dan bidang yang kita geluti saat ini, kita bisa mulai berkontribusi demi kebermanfaatan yang lebih besar bagi masa depan bangsa dan negara.
Sumber:
http://astra.bkb.digital/satu-indonesia-awards-2021/agar-generasi-muda-tidak-kecanduan-gawai/
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2518/yuk-antisipasi-dampak-negatif-gadget-bagi-anak
https://www.aoa.org/news/clinical-eye-care/public-health/screen-time-for-children-under-5
https://jatim.solopos.com/cerita-achmad-irfandi-gagas-kampung-lali-gadget-agar-anak-tak-kecanduan-gawai-1730600
Sumber foto:
http://astra.bkb.digital/satu-indonesia-awards-2021/agar-generasi-muda-tidak-kecanduan-gawai/
0 comments