Papa... Saat
menulis ini, aku sedang begitu merindukanmu. Hampir genap 200 kali purnama kita
tidak pernah bertatap muka lagi. 16 tahun telah berlalu sejak kepergianmu,
putri kecilmu ini masih saja cengeng dan berkemauan keras seperti dulu. Seperti
saat aku menangis berguling-guling di Parkiran Pasar Ciledug Tangerang, hanya
karena minta dibelikan penjepit rambut. Lalu betisku terkena knalpot panas yang
lukanya masih membekas sampai sekarang. Papa masih ingat, kan?
Maafkan aku ya,
Pa. Mungkin aku termasuk anak yang tidak berbakti bagimu. Aku sudah dewasa
sekarang. Aku baru mengerti betapa berat perjuangan Papa untuk menuruti semua permintaanku.
Papa yang mengumpulkan uang 50-100 rupiah dari berjualan koran setiap hari,
harus menghidupi Mama dan 6 orang kakakku yang lain. Sedangkan aku, Si Bungsu
ini selalu saja minta belanja dan dibelikan
apapun yang ku lihat di televisi.
Mainan, pakaian,
cokelat, dan es krim yang aku lihat iklannya di televisi, selalu ingin aku
dapatkan. Jika tidak dituruti, badan kecilku akan demam berhari-hari. Tempat
makan favoritku ketika kecil adalah restoran waralaba terkenal yang menjual
ayam goreng. Sedangkan kegiatan bermainku setiap akhir pekan adalah belanja di supermarket. Itu pun aku masih sering
merengek minta diajak ke taman bermain paling hits saat itu, di Kawasan Ancol, Jakarta Utara.
Sungguh jika
bisa memutar waktu, aku tidak akan membebanimu seperti itu, Pa. Apalah artinya
selalu peringkat satu di sekolah, jika aku sering merepotkan orang tua? Namun,
Papa adalah orang tua terbaik. Papa bukan terlalu memanjakanku seperti yang
dikatakan banyak orang. Melainkan Papa sangat mengerti, akan menjadi apa aku
ketika dewasa. Inilah aku sekarang, Pa. Aku ingin menceritakan pada Papa bahwa
aku telah menuruti 3 nasehat yang sering Papa sampaikan kepadaku.
1. Meraih Mimpi dengan Bercita-cita Tinggi
Terlahir sebagai
anak penjual koran. Sejak kecil membaca koran. Semua orang dalam keluarga tahu
persis bahwa cita-citaku adalah menjadi seorang journalist dan memiliki chanel
televisi sendiri. Aku pernah menerbitkan majalah anak-anak buatanku
sendiri. Bermodalkan beberapa lembar kertas HVS dan tulisan tangan, aku desain
layout cover dan daftar isi. Aku tulis cerpen dan kuis ala-ala. Lalu ku pinjamkan ke teman-teman di kelas yang ingin
membacanya.
Tahun 1998, aku
yang masih SD menonton berita kerusuhan. Yang ada di pikiranku adalah : betapa
keren dan mulianya seorang journalist
yang berlarian membawa kamera di tengah kerusuhan. Menantang bahaya demi
memberitakan kebenaran. Aku melihat, betapa besar peran sebuah media massa
dalam menentukan peradaban dunia. Suatu saat aku akan berada di posisi itu.
“Untuk menjadi
seorang journalist harus kuliah, Dek. Tidak ada yang kuliah di keluarga
ini. Apalagi punya perusahaan media sendiri, modalnya berapa triliun tuh!”
itulah yang pernah dikatakan saudara-saudaraku. Tetapi Papa tidak pernah
membatasi keinginanku. Papa selalu menasihatiku untuk meraih mimpi dan
bercita-cita tinggi. Papa sangat mendukung jika aku ingin mengenyam pendidikan
tinggi.
Namun, Papa
telah pergi bahkan sebelum aku lulus SMA. Karena alasan biaya, aku yang
diterima di SMA favorit di Jakarta harus rela melanjutkan pendidikan di pelosok
Tangerang. Walaupun akhirnya aku bisa kuliah dengan pontang-panting sambil
bekerja dan mencari beasiswa, aku tetap tidak bisa menjadi journalist. Aku memilih kuliah jurusan ekonomi hanya karena biaya
SKS-nya paling murah dibandingkan jurusan lain saat itu.
Jangan kecewa
ya, Pa. Karena aku sama sekali tidak kecewa dengan jalan hidupku ini. Aku
memang berkarir di bidang keuangan, bukan sebagai wartawan seperti yang aku
mimpikan. Tetapi aku bekerja di perusahaan media nomor satu di Solo. Di era
digital ini, walaupun tidak menjadi journalist,
bukan berarti seseorang tidak bisa memberitakan kebenaran. Aku bisa menyeruput
manis mimpiku dengan menjadi blogger dan citizen
journalist di sela-sela waktu luang. Aku memang belum punya chanel televisi sendiri saat ini, tetapi
aku punya chanel youtube sendiri. Lihatlah
Blog Nirmala Media, Pa. Website itu punyaku, di situlah aku labuhkan
mimpi-mimpiku.
2. Bijak Mengatur Uang
Banggakah Papa
dengan kondisi keuanganku sekarang? Ini masih sangat jauh dari yang aku
mimpikan. Tetapi setidaknya, aku sudah menjalani nasihat Papa untuk bijak
mengatur uang. Aku bukan tipe wanita yang gila belanja
tapi kemudian terjerat utang. Alhamdulillah, aku hampir tidak pernah punya utang, Pa. Aku
mampu membeli barang yang aku butuhkan tanpa harus berutang.
Bijak mengatur uang (foto : TKalinowski/Shutterstock) |
Papa harus
bangga dengan kemampuanku dalam belanja serta mencari promo dan harga murah. Aku ini sarjana ekonomi dan pernah
bekerja di retail modern nasional selama 4 tahun, Pa. Aku paham betul
seluk-beluk promosi retail modern. Aku bisa membedakan mana diskon abal-abal dan mana diskon yang
benar-benar banting harga. Aku tahu persis caranya memanfaatkan setiap program
promosi untuk menghemat pengeluaran belanja
bulanan.
Jadi, Papa tidak
perlu heran lagi kalau sejak dulu aku selalu belanja di Carrefour Bintaro saat
mudik ke rumah Mama di Tangsel. Ini karena Carrefour sudah terpercaya
menawarkan harga murah dan promo yang menarik. Tentu
Papa melihat ya, betapa Mama yang sudah berusia lebih dari 70 tahun itu sangat sumringah saat aku mengajaknya belanja
di Carrefour Bintaro tahun lalu. Aku meminta Mama mengambil barang apapun yang
beliau inginkan. Mama terlihat sangat bahagia. Aku juga begitu bahagia melihat
Mama sebahagia itu.
Sayangnya,
seperti yang aku sampaikan di awal, kondisi keuanganku saat ini masih jauh dari
harapanku. Karena harapanku begitu besar, begitu tinggi. Aku ingin punya mobil
yang nyaman agar bisa mengajak Mama belanja dan jalan-jalan.
Aku juga ingin memiliki lebih banyak uang agar bisa mengirimkannya ke Mama
lebih sering lagi. Paling tidak, aku ingin bisa mendapatkan voucher belanja
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan belanja Mama. Mama sudah
sangat tua, masihkah aku punya banyak kesempatan untuk membahagiakannya?
Papa dan Mama di tahun 1960-an |
Saat pertama
pindah ke Solo, aku sangat bersyukur karena di Kota ini juga ada gerai
Carrefour. Aku menjadi pelanggan setia Carrefour Solo, yang sekarang telah
dibangun sangat megah menjadi Transmart Solo Pabelan.
Aku tidak pernah ketinggalan mengikuti program promosi Tranmart
Solo Pabelan ini, Pa. Mulai dari diskon, hadiah langsung, sampai program
undian. Walaupun kadang belum menang, beragam hadiah pernah aku dapatkan. Belum
lama ini aku mendapatkan voucher belanja senilai Rp.50.000. dari kuis di
Instagram @transmartcarrefor.
Aku juga
mengumpulkan struk belanja di Transmart Pabelan, termasuk struk belanja dari
tenant, dan tiket wahana Trans Studio Mini. Struk belanja ini bisa digunakan
untuk mengikuti aneka kegiatan seru dalam program “Gebyar
Belanja & Hepi-hepi di Transmart Solo Pabelan”. Program ini
berlangsung sejak tanggal 1 Juli sampai 30 September 2018. Ada lomba belanja,
lomba memasak, dan kompetisi kreasi hijab. Tak ketinggalan lomba untuk anak-anak
seperti lomba mewarnai dan kompetisi balita sehat.
Tersedia total
hadiah ratusan juta rupiah dalam acara Gebyar Hepi Hepi
di Transmart Solo Pabelan ini lho, Pa. Hadiahnya
juga bermacam-macam, mulai dari voucher belanja, voucher makan, voucher main di
Trans studio mini, dan ada juga voucher nonton bioskop di CGV. Selain itu, siapa
tahu Tuhan sedang menjawab doaku untuk bisa punya mobil untuk Mama. Karena
setiap belanja minimal dua ratus ribu di Transmart Pabelan akan mendapatkan
kupon undian. Hadiah utamanya mobil, Pa! Iya, Mobil beneran!
Saat memasuki
pintu utama Transmart Solo Pabelan, aku sudah
bisa mencium aroma mobil merah yang terikat pita besar. Ya, mobil hadiah undian
ini terpajang megah disebelah kiri pintu masuk. Warnanya merah menyala. Seolah
menantangku untuk segera memilikinya. Di sekitarnya dipajang dengan manis
hadiah lainnya. Ada sepeda motor, televisi, smartphone, dan kotak-kotak kado yang
sangat meriah.
Tolong sampaikan
pada Tuhan, Pa. Barangkali DIA berkenan memberikan aku hadiah itu. Aku telah
berikhtiar dengan mengumpulkan kupon undiannya. Sekarang semua tergantung Tuhan,
karena tidak ada pihak mana pun yang bisa mengatur siapa pemenang undian Gebyar Hepi Hepi ini, termasuk pihak Transmart Solo Pabelan. Semuanya akan diselenggarakan
secara jujur dan transparan.
3. Mengalahkan Rasa takut
Puluhan ribu
kata tidak akan cukup untuk menampung semua yang ingin ku ceritakan padamu, Pa.
Aku sangat rindu masa-masa ketika kita bermain bersama. Saat Papa menggendongku
duduk di atas pundak, lalu berkeliling ke sana kemari. Awalnya aku takut,
apalagi tubuh Papa sangat tinggi. Tapi Papa selalu berkata padaku untuk
mengalahkan rasa takut.
Aku masih sangat
ingat suatu hari dimana Papa mengajak aku, Kak Yulia, dan Mama ke arena taman
bermain di Ancol. Saat itu Papa mendapatkan tiket gratis dari perusahaan media
yang korannya Papa jual setiap hari. Seperti dreams come true! Berlari ke sana ke mari dengan penuh semangat,
aku dan Kak Yulia naik berbagai macam komidi putar, pesawat terbang mainan,
kincir angin, dan memasuki istana boneka.
Lalu Papa
mengajakku naik Bom-Bom Car. Sebenarnya aku enggak berani, tetapi Papa
lagi-lagi mengatakan untuk mengalahkan rasa takut. Papa meyakinkan bahwa naik
Bom-bom Car itu tidak seram, malah menyenangkan. Ternyata benar, naik Bom-Bom
Car sangat menyenangkan ya, Pa. Awalnya aku duduk satu mobil dengan Papa, namun
kemudian aku berani menyetir sendiri. Ini menjadi kenangan masa kecil yang
indah bagiku bersama Papa.
Kemudian Papa
mengajakku naik roller coaster. Saat
itu aku benar-benar takut. Aku heran kenapa saat itu Papa sangat yakin aku
berani melakukannya. Akhirnya aku berani naik roller coaster, perahu ayun,
newyork swing, dan wahana yang menguji adrenalin lainnya. Aku pun tumbuh
menjadi wanita pemberani.
Papa, sudah lama
sekali hari itu berlalu. Hari-hari dimana aku seperti tidak kenal rasa takut.
Naik wahana ekstrim, traveling sendirian,
dan bertualang. Sekarang anak bungsumu ini merasa sudah tidak muda lagi. Usiaku
sudah kepala tiga, Pa. Beberapa tahun lalu aku sakit lambung serius. Sakit yang
sama yang dulu merenggut nyawa Papa. Penyakit ini juga pernah bikin aku
terserang anxiety, cemas yang
berlebihan. Bahkan, aku pernah kena panic
attack saat naik kereta Solo-Jakarta. Jantung terasa mau copot dengan kaki
lemas gemetaran. Kepada petugas KAI aku bilang, “rasanya kayak naik roller coaster!”. Petugas KAI menjawab,
“rel-nya kereta ini lurus lho, Mbak...”
Sejak saat itu,
aku tidak pernah kemana-mana lagi, Pa. Aku terkurung di dalam rasa takut, yang
kadang datang tanpa sebab. Jangankan naik roller
coaster betulan, naik Bom-bom Car saja aku sudah tidak berani. Bahkan pada
saat hari ulang tahunku bulan Mei lalu, aku benar-benar merasa hidupku sudah
semestinya berakhir. Tidak adalagi yang bisa aku lakukan dengan semua rasa
takut ini. Aku sangat rindu padamu, dan ingin segera menyusulmu.
Itulah sebabnya,
aku tidak pernah sekali pun mengunjungi Trans Studio Mini sebagai wahana Solo yang sangat keren di Transmart Solo Pabelan. Meskipun sering bolak-balik
belanja di Transmart, meskipun lokasinya dekat, meskipun tersedia banyak wahana
menarik, meskipun sekadar menemani para keponakan bermain... Aku sangat takut
untuk menjejakkan kaki di Trans Studio Mini.
Jangan sedih ya,
Pa. Pertolongan Tuhan selalu datang tepat waktu. Beberapa hari lalu aku
diundang ke acara Blogger Gathering
di Transmart Solo Pabelan. Aku berkenalan dengan
orang-orang baik seperti Pak Wasino dan Pak Sandi. Mereka ini para pimpinan di
bidang masing-masing di Transmart. Ada juga Kak Gilang, Kak Rika, Kak Lely, dan
Kak Abi yang dengan sigap mengawal acara ini.
Aku dan
teman-teman blogger diajak berdiskusi tentang program Transmart
Solo Pabelan, makan siang bersama, dan belanja bersama. Ada satu
kegiatan lagi yang sangat spesial bagiku, yaitu mencoba wahana Solo di Trans Studio Mini. Inilah cara Tuhan menolongku. Aku
ditempatkan pada posisi di depan kereta luncur CrazyCab Coaster, salah satu wahana andalan di Trans Studio Mini.
Aku sangat
takut, Pa. CrazyCab Coaster merupakan
roller coaster yang lintasannya ada
yang mencuat keluar gedung Red Box. Tentu ada sensasi ruarr biasa saat kita menaikinya. Selain menukik dan meluncur, ada
lintasan miring dengan tikungan tajam. Satu kali perjalanan ada 2x putaran,
harga tiketnya 25 ribu rupiah. Aku tanya ke petugas berapa lama waktu
perjalanan. Jawabannya adalah sekitar 30 detik.
OKE, 30 DETIK.
Aku lebih kuat
dari rasa takutku. Itulah kalimat ajaib yang Papa ajarkan padaku. Aku tidak
akan membiarkan rasa takut yang mengambil keputusan. Aku pasti bisa mengalahkan
rasa takutku. Dengan penuh keyakinan aku melangkahkan kaki naik kereta luncur.
Aku menggenggam tangan Kak Erwina yang duduk di sebelahku selama wahana Solo CrazyCab
meluncur.
Berteriak sekeras-kerasnya.
Nikmati adrenalin yang melonjak-lonjak. Sensasi naik CrazyCab Coaster ini bukan Cuma rahim
anget aja, tapi sekujur tubuh kayak melepas beban-bebannya. Dalam setiap
liukan dan kemiringannya, seolah ada beban masalah yang ditumpahkan keluar dari
tubuhku. Ketika turun dari wahana Solo CrazyCab ini, aku merasa tubuhku sangat
ringan, Pa. Seolah-olah semua masalah dalam hidupku sudah rontok berjatuhan.
Tadinya aku kira
sudah tidak ada lagi hal menarik di dunia ini. Tadinya aku sudah sangat putus
asa karena terpenjara dengan rasa takutku yang berlebihan. Dalam 30 detik
selama naik CrazyCab Coaster, aku
telah membuktikan bahwa aku bisa mengalahkan rasa takutku. 30 detik ini
mengubah hidupku. Aku bisa melangkah dengan lebih tegap dan lebih optimis. Aku
yakin bisa sembuh, Pa. Aku akan kembali menjadi wanita pemberani seperti yang
pernah Kau ajarkan.
Setelah naik CrazyCab Coaster, aku sangat antusias
mencoba wahana lainnya di Trans studio Mini di Transmart
Solo Pabelan. Aku seperti terlahir kembali dengan semangat baru. Tentu
saja, aku juga naik Bumper Car, wahana solo berupa tabrak-tabrakan mobil seperti
Bom-bom Car.
Ada banyak wahana
dan program menarik di Trans Studio Mini Transmart Solo
Pabelan. Weekend besok ini aku akan mengajak keponakan-keponakanku di
Solo bermain ke Trans Studio Mini. Tapi sebelum ke sana, aku mencari
informasinya terlebih dahulu melalui akun instagram @transstudiomini_solo.
Sekalian, aku juga mencari info produk yang promo di akun instagram
@transmartcarrefour.
Papa... Saat
menulis ini, tidak henti-hentinya air mataku mengalir. Ada pertanyaan yang
terus bergaung di hatiku, bahagiakah Papa melihat kehidupanku sekarang? Puaskah
Papa melihat pencapaianku saat ini? Aku merasa sangat lambat dalam menapaki
tangga-tangga kehidupan. Ada saat-saat dimana aku sangat terpuruk dan berhenti
melangkah. Namun ketika tersadar, aku terus melanjutkan nasihat dari Papa, pelan
tapi pasti. Terimakasih telah menjadi Papaku. Semoga Papa selalu berada di
tempat terbaik di sisi-NYA.
7 comments