Saat menulis ini, aku dalam kondisi kekenyangan *elus-elus perut* nyam-nyam.. siang ini aku dan 2 lintah saudaraku habis menghisap darah seorang wanita jelita, sebut saja namanya Mae *beneran jelita! ~lalu pembaca protes... dududu... *suka-suka yang punya blog! Situ pengen dibilang jelita juga? Bikin blog sendiri, dong!
Mae itu baik hati sekali. Saat dia melihat saudaraku sesama lintah menempel di jemarinya, alih-alih menjerit sok lebay kayak wanita lainnya, Mae malah setengah berbisik, “ehh ini apa sih lucu.. kecil lembek goyang-goyang...” eeaaaa...
Lalu Mae hanya menjauhkan lintah itu. Udah, gitu doang. Saudaraku ga di bunuh. Saat itu aku sedang asyik menghisap darahnya di kelilingking kaki.
“loo.. kok banyak banget ini ada lagi. Lintah ya?” Mae bicara dengan travelmatenya, sebut saja namanya Michael.
Michael menoleh dan terkejut, lalu dengan hati-hati memindahkan saudaraku sesama lintah lainnya yang menempel di betis Mae, ke rumput, tidak di bunuh juga! Wah ini kok manusia pada baik-baik amat ya, padahal bekas gigitan saudaraku itu masih meneteskan darah terus dari betis Mae. *lintah mendadak merasa bersalah*
“ADA LAGI!” Michael mengetahui keberadaanku. Aku waspada dan menghentikan aktifitasku dalam menyedot darah di jari kelingking kaki Mae.
Sepertinya Mae mulai merinding. Tiga kali mengetahui ada lintah yang menyedot darahnya mungkin membuatnya shock juga. Akhirnya wanita jelita itu menjerit juga. Habis sudah! Michael pasti membunuhku *pasrah*
Ternyata nggak kok.. aku cuma dipindahkan ke rerumputan. Dari sini aku bisa menyimak perbincangan antara Mae dan Michael. Aku bisa melihat mereka mulai menyisir tikar tempat mereka duduk, mencari mungkin masih ada lintah-lintah lain. Dan benar saja, mereka menemukan beberapa saudaraku di tikar. Lintah yang belum menghisap darah itu ukurannya kecil sekali, serupa benang saja besarnya. Tapi yang sudah kenyang seperti aku akan tampak sebesar butiran beras, lembek goyang-goyang, sekilas kayak di animasi Larva.
Di musim penghujan seperti ini. Aku dan saudara-saudaraku banyak menempel di rerumputan. Kami menunggu kaki-kaki yang bisa kami tempeli, lalu menghisap darahnya. Seperti Mae, korban kami tidak akan merasakan sakit atau rasa apa-apa. Sampai kami kenyang dan sangat gendut. Tetapi bekas gigitan kami cukup dalam. Ada beberapa lubang di kaki Mae yang terus menerus mengeluarkan darah selama beberapa menit. Aku melihat Michael dengan sangat teliti berusaha menghentikan keluarnya darah tersebut dengan cara mengolesi air liurnya.
Saat itu, Mae dan Michael sedang berteduh dari hujan di tenda penjual sate ayam. Mereka tidak menyadari bahwa kami menempel saat mereka menginjak rerumputan tadi. Kami memang tinggal disini. Telaga Madirda, Ngargoyoso Karanganyar.
Sampai jumpa, Mae dan Michael. Kembali lagi kesini, tapi harus waspada dengan langkah kakimu. Kami menunggumu di rerumputan J
6 comments